Kata pada dasarnya merupakan lambang
dari suatu objek, pengertian, atau konsep.
Makna Kata ada 2, yaitu :
Ø
Makna
denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk
menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif
tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
1. Mas parto membeli susu sapi
2. Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam
sunatan masal
Ø
Makna
konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan
merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan
Contoh:
1.
Para
petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts)
2.
Bu
Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat =
rentenir)
Plilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,bagaimana
membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan,
dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Imbuhan
dari Bahasa Asing
Selain imbuhan yang berasal dari
B.Indonesia sendiri (-kan, me-, di-, dan lain-lain), kita juga mengenal imbuhan
asing. Imbuhan asing ini sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku,
EYD.
Imbuhan yang berasal dari asing
itu adalah:
a. Berasal dari bahasa Sanskerta,
yaitu: -man, -wan, -wati.
b. Berasal dari bahasa Arab,
yaitu: -i, -wi, -iah.
c. Berasal dari bahasa Inggris,
yaitu: -is, -istis, -isasi.
Contoh kata-kata berimbuhan asing
tersebut adalah:
- seniman (asal kata: seni)
- hartawan (asal kata: harta)
- wartawati (asal kata: warta)
- insani (asal kata: insan)
- duniawi (asal kata: dunia)
- lahiriah (asal kata: lahir)
- praktis (asal kata: praktik)
- materialistis (asal kata:
material)
- spesialisasi (asal kata:
spesial)
Upaya Pengindonesiaan
Dalam bahasa Indonesia kedudukan kata dalam satuan sintaksis yang
lebih besar menentukan sifat hubungannya dengan kata lain. Kata benda kayu dapat
mensifatkan kata lain seperti halnya kata sifat bagus. Seperti hanya bagus pada
meja bagus, kayu, juga mensifatkan meja pada meja kayu.
Dalam bahasa Indonesia kata kayu tidak mengalami perubahan bentuk, dan
semata-mata posisinya dalam satuan sintaksis yang menempatkannya sebagai
atribut.
Menurut kaidah bahasa Indonesia barangkali kata morfologi atau
akademi tidak perlu berubah apabila berpindah posisinya, misalnya pada morfologi
bahasa Indonesia dan proses morfologi, serta akademi bahasa
Indonesia dan pembantu dekan bidang akademi. Urusan akademi dan
urusan akademis maknanya berbeda; yang pertama menyatakan hubungan kemilikan
yang kedua hubungan kesifatan. Tetapi hubungan makna itu barangkali
baru timbul setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata asing yang berbeda
bentuknya itu.
Untuk menegaskan perbedaan hubungan makna itu, untuk kata-kata
dalam bahasa Indonesia sendiri digunakan konfiks ke-an, contohnya: sifat
ibu dan sifat keibuan, uang negara dan kunjungan
kenegaraan.
Yang sering menimbulkan keraguan
ialah penggunaan akhiran –is dan –ik. Mana yang betul: akademis
atau akademik, endosentris atau endosentrik? Akhiran –is diserap
dari bahasa Belanda –isch, sedang –ik dari bahasa Inggris –ic
atau –ical. Sementara itu akhiran –ik diserap jujga dari akhiran –ics
dari bahasa Inggris yang menandai kata benda, seperti: statistic,
linguistic, semantic, fonetik. Seperti yang digariskan di dalam Pedoman Pembentukan Istilah,
mengingat akhiran –ik banyak digunakan untuk menandai kata benda (statistic,
linguistic, semantic, logistic, dan sebagainya) untuk kata sifat hendaknya
digunakan –is, kecuali pada kata-kata: simpatik, unik, alergik,
spesifik, karakteristik, analgesik.
Akhiran yang berasal dari bahasa Arab, yang terasa lebih bersifat
Indonesia, dapat digunakan untuk menerjemahkan kata-kata asing, misalnya penalaran
mantiki (logika reasoning), antropologi ragawi (physical anthropology), makhluk
surgawi (devine being), terjemahan harfiah (letteral translation) dan
sebagainya.
Dengan alat-alat ketatabahasaan di atas diharapkan bahwa bahasa
Indonesia menjadi lebih luwes dalam menyatakan kembali berbagai konsep dalam
berbagai bidang ilmu yang berasal dari Barat. Kemampuan untuk menyerap berbagai
gagasan dari Barat dan mengungkapkannya kembali dalam bahasa Indonesia,
diharapkan semakin meningkat. Kata-kata asing tidak kita pungut begitu saja,
melainkan diusahakan agar dapat dinyatakan dengan kata-kata yang lebih bersifat
Indonesia.
Hubungan Makna
Antonim:
hubungan makna yang berlawanan.
Contoh:
¡ Hari ini ayah mengalami rugi
besar.
¡ Hari ini ayah mengalami untung
besar.
Sinonim:
hubungan makna yang dekat atau sama.
Contoh:
¡ Mansur menatap orang itu.
¡ Ani melihat kejadian itu.
Polisemi:
hubungan makna yang satu makna denotatif dan yang lain makna konotatif.
Contoh:
¡ Kemarin sore ia jatuh dari pohon mangga.
¡ Usahanya jatuh bangkrut karena ulah sahabatnya sendiri.
Hiponim:
hubungan kata yang lebih sempit (kata khusus).
Contoh:
¡ mawar, melati, anggrek adalah hiponim
dari bunga
Hipernim:
hubungan kata yang lebih luas (kata umum).
Contoh:
¡ melihat
adalah kata umum dari melirik, menatap, mengintip, memandang
Homonim:
kata yang memiliki kesamaan tulisan dan bunyi.
Contoh:
¡ bisa:
dapat
¡ bisa:
racun
Homofon:
kata yang memiliki kesamaan bunyi.
Contoh:
¡ massa:
orang banyak
¡ masa:
waktu
Homograf:
kata yang memiliki kesamaan tulisan.
Contoh:
¡ apel:
jenis buah
¡ apel:
wajib lapor
usandi.files.wordpress.com/2010/.../kata-dan-diksi.ppt
http://www.yadi82.com/2012/02/imbuhan-asing-man-wan-wati-i-wi-iah-is.html
hacefile.comoj.com/kuliah/.../Materi%205%20Makna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar