Rabu, 23 Oktober 2013

Kata dan PIlihan kata



Kata pada dasarnya merupakan lambang dari suatu objek, pengertian, atau konsep.
Makna Kata ada 2, yaitu :
Ø  Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
1.  Mas parto membeli susu sapi
2.  Dokter bedah itu sering berpartisipasi dalam sunatan masal

Ø  Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan
Contoh:
1.      Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts)
2.      Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir)

 Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.

Imbuhan dari Bahasa Asing
Selain imbuhan yang berasal dari B.Indonesia sendiri (-kan, me-, di-, dan lain-lain), kita juga mengenal imbuhan asing. Imbuhan asing ini sudah diserap dan disesuaikan dengan ejaan yang baku, EYD.
Imbuhan yang berasal dari asing itu adalah:
a. Berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu: -man, -wan, -wati.
b. Berasal dari bahasa Arab, yaitu: -i, -wi, -iah.
c. Berasal dari bahasa Inggris, yaitu: -is, -istis, -isasi.
Contoh kata-kata berimbuhan asing tersebut adalah:
- seniman (asal kata: seni)
- hartawan (asal kata: harta)
- wartawati (asal kata: warta)
- insani (asal kata: insan)
- duniawi (asal kata: dunia)
- lahiriah (asal kata: lahir)
- praktis (asal kata: praktik)
- materialistis (asal kata: material)
- spesialisasi (asal kata: spesial)

Upaya Pengindonesiaan

Dalam bahasa Indonesia kedudukan kata dalam satuan sintaksis yang lebih besar menentukan sifat hubungannya dengan kata lain. Kata benda kayu dapat mensifatkan kata lain seperti halnya kata sifat bagus. Seperti hanya bagus pada meja bagus, kayu, juga mensifatkan meja pada meja kayu. Dalam bahasa Indonesia kata kayu tidak mengalami perubahan bentuk, dan semata-mata posisinya dalam satuan sintaksis yang menempatkannya sebagai atribut.
Menurut kaidah bahasa Indonesia barangkali kata morfologi atau akademi tidak perlu berubah apabila berpindah posisinya, misalnya pada morfologi bahasa Indonesia dan proses morfologi, serta akademi bahasa Indonesia dan pembantu dekan bidang akademi. Urusan akademi dan urusan akademis maknanya berbeda; yang pertama menyatakan hubungan kemilikan yang kedua hubungan kesifatan. Tetapi hubungan makna itu barangkali baru timbul setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata asing yang berbeda bentuknya itu.
Untuk menegaskan perbedaan hubungan makna itu, untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia sendiri digunakan konfiks ke-an, contohnya: sifat ibu dan sifat keibuan, uang negara dan kunjungan kenegaraan.
Yang sering menimbulkan keraguan ialah penggunaan akhiran –is dan –ik. Mana yang betul: akademis atau akademik, endosentris atau endosentrik? Akhiran –is diserap dari bahasa Belanda –isch, sedang –ik dari bahasa Inggris –ic atau –ical. Sementara itu akhiran –ik diserap jujga dari akhiran –ics dari bahasa Inggris yang menandai kata benda, seperti: statistic, linguistic, semantic, fonetik. Seperti yang digariskan di dalam Pedoman Pembentukan Istilah, mengingat akhiran –ik banyak digunakan untuk menandai kata benda (statistic, linguistic, semantic, logistic, dan sebagainya) untuk kata sifat hendaknya digunakan –is, kecuali pada kata-kata: simpatik, unik, alergik, spesifik, karakteristik, analgesik.
Akhiran yang berasal dari bahasa Arab, yang terasa lebih bersifat Indonesia, dapat digunakan untuk menerjemahkan kata-kata asing, misalnya penalaran mantiki (logika reasoning), antropologi ragawi (physical anthropology), makhluk surgawi (devine being), terjemahan harfiah (letteral translation) dan sebagainya.
Dengan alat-alat ketatabahasaan di atas diharapkan bahwa bahasa Indonesia menjadi lebih luwes dalam menyatakan kembali berbagai konsep dalam berbagai bidang ilmu yang berasal dari Barat. Kemampuan untuk menyerap berbagai gagasan dari Barat dan mengungkapkannya kembali dalam bahasa Indonesia, diharapkan semakin meningkat. Kata-kata asing tidak kita pungut begitu saja, melainkan diusahakan agar dapat dinyatakan dengan kata-kata yang lebih bersifat Indonesia.

Hubungan Makna

ž  Antonim: hubungan makna yang berlawanan.
            Contoh:
¡  Hari ini ayah mengalami rugi besar.
¡  Hari ini ayah mengalami untung besar.
ž  Sinonim: hubungan makna yang dekat atau sama.
            Contoh:
¡  Mansur menatap orang itu.
¡  Ani melihat kejadian itu.
ž  Polisemi: hubungan makna yang satu makna denotatif dan yang lain makna konotatif.
            Contoh:
¡  Kemarin sore ia jatuh dari pohon mangga.
¡  Usahanya jatuh bangkrut karena ulah sahabatnya sendiri.
ž  Hiponim: hubungan kata yang lebih sempit (kata khusus).
            Contoh:
¡  mawar, melati, anggrek adalah hiponim dari bunga
ž  Hipernim: hubungan kata yang lebih luas (kata umum).
            Contoh:
¡  melihat adalah kata umum dari melirik, menatap, mengintip, memandang
ž  Homonim: kata yang memiliki kesamaan tulisan dan bunyi.
            Contoh:
¡  bisa: dapat
¡  bisa: racun
ž  Homofon: kata yang memiliki kesamaan bunyi.
            Contoh:
¡  massa: orang banyak
¡  masa: waktu
ž  Homograf: kata yang memiliki kesamaan tulisan.
            Contoh:
¡  apel: jenis buah
¡  apel: wajib lapor

usandi.files.wordpress.com/2010/.../kata-dan-diksi.ppt
http://www.yadi82.com/2012/02/imbuhan-asing-man-wan-wati-i-wi-iah-is.html
hacefile.comoj.com/kuliah/.../Materi%205%20Makna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar